Saturday, 21 August 2021 17:20

MEMBANGUN SISTEM MODERASI BERAGAMA MELALUI PENGUATAN LITERASI DIGITAL MAHASISWA

Written by
Rate this item
(0 votes)

Oleh: Muhamad Jaeni

 WhatsApp Image 2021-08-21 at 09.09.12

Disadari lembaga Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) merupakan pusat kajian literatur keagamaan. Warisan akademik berupa karya ulama-ulama Arab abad pertengahan banyak dikaji di di lembaga PTKI ini. Khazanah akademik yang banyak berupa kitab membahas banyak cabang ilmu keagamaan seperti ilmu al-Qur'an, Fiqh, Tafsir, Tasawuf, Akhlaq, Gramatika Arab dan beberapa cabang ilmu agama lainnya. Namun demikian, dalam konteks saat ini warisan dan peninggalan akademik berupa karya ilmiah para ulama terdahulu tersebut, tidak cukup hanya dibaca tapi juga perlu ditelaah dan dikaji kembali secara kontekstual sesuai dengan konteks kekinian dan kedisinian, kemudian ditransformasikan di tengah-tengah masyarakat sebagai acuan dalam menyelesaikan problem-problem yang tengah dihadapi. Banyak persoalan sosial keagamaan yang menuntut para kaum intektual andil dalam menyelesaikannya, salah satunya adalah maraknya paham radikalisme dalam beragama. Mahasiswa PTKI yang notabene sebagai bagaian dari kaum intelektual tentunya juga berperan aktif dalam menyelesaikan persoalan semacam ini, sehingga mereka mampu melakukan counter-attack terhadap munculnya paham-paham Islam radikal serta terus berupaya memberikan pemahaman ajaran keagamaan yang berasaskan Islam wasatiyah. Paham-paham keagamaan radikal ini terus disebarkan secara masif dengan menggunakan media-media sosial berbasis teknologi seperti website, twiter, facebook, akun google, dan media sosial online lainnya. Hal ini dilakukan seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era revolusi industri 4.0.

Isu-isu radiaklisme yang saat ini menyebar di media sosial online merupakan tantangan yang juga segera harus disikapi oleh semua elemen bangsa, tidak terkecuali para mahasiswa. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknogi meniscayakan para mahasiswa harus mampu beradaptasi dengan dunia digital, sehingga penguatan dan juga pengembangan keterampilan IT bagi mereka, saat ini sudah menjadi keharusan. Para mahasiswa tidak hanya dituntut mumpuni di bidang literasi akademik tapi juga kuat di bidang literasi digital. Oleh karena itu, penguatan literasi harus terus diupayakan oleh sebuah perguruan tinggi. Literasi sendiri dipahami sebagai seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (Wikipedia). Secara etimologis, "literasi" berasal dari bahasa latin "literatus" yang berarti orang yang belajar. Namun terdapat beberapa pengertian lain yang berkembang yang intinya bahwa literasi tidak hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis, tapi juga kemampuan menggunakan semua potensi dan juga skill yang dimiliki seseorang. Kemampuan seorang mahasiswa dalam mendengarkan, berkomunikasi, membaca dan menuangkan gagasan dalam tulisan, merupakan kemampuan dasar dalam literasi dan kemampuan itu semua menjadi dasar untuk mencapai puncak kemampuan literasi yaitu kemampuan "memahami".

Era Revolusi industri 4.0 telah membawa aktivitas kehidupan berbasis digital. Pada era ini penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi penting dimiliki oleh setiap individu, tidak terkecuali para mahasiswa PTKI. Bagaimana para mahasiswa dapat menguasai perangkat teknologi sebagai sebuah skill tersendiri yang dapat digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, di samping penguatan lierasi akademik, lembaga perguruan tinggi juga perlu melakukan penguatan-penguatan literasi digital bagi para mahasiswa. Pengertian literasi digital tidak hanya bagaimana para mahasiswa terampil dalam mengoperasionalkan perangkat teknologi seperti komputer dan media IT lainnya, tapi lebih jauh dari itu bagaimana para mahasiswa tersebut mampu mensikapi dan juga bertanggung jawab terhadap aktivitas dalam menerima dan memberikan informasi melalui media sosial. Penguatan literasi ini menjadi penting seperti apa yang dikampanyekan oleh Kemendikbud dengan program gerakan literasi nasional. Di dalamnya disebutkan bahwa literasi digital adalah kemampuan dan wawasan seseorang dalam aspek pemanfaatan teknologi digital, alat komunikasi, membuat dan mengevaluasi informasi dengan sehat dan cermat serta patuh kepada hukum dalam kehidupan.

Menurut beberapa ahli, paling tidak ada delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital yaitu; (1) kultural, pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital; (2) kognitif, daya pikir dalam menilai konten; (3) konstruktif, reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual; (4) komunikatif, memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital; (5) kepercayaan diri yang bertanggung jawab; (6) kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru; (7) kritis dalam menyikapi konten; (8) bertanggungjawab secara sosial. Delapan elemen ini penting untuk ditanamkan kepada para mahasiswa. Diharapkan dengan menguasai elemen literasi di atas, para mahasiswa tidak hanya dapat menggunakan teknologi dengan maksimal tetapi juga bertanggung jawab penuh atas hal yang dilakukannya, baik itu dalam hal mengkonsumsi maupun memproduksi informasi yang disebarluaskan di media sosial online.

Dengan penguatan literasi digital, para mahasiswa dapat lebih kritis dan bijak dalam menyikapi informasi terkait dengan berita bohong (hoax), ujaran kebencian (hatespeech), paham-paham radikal dan lain sebagainya. Lebih jauh dari itu, dengan penguasaan literasi digital yang memadai, para mahasiswa dapat ikut andil dalam memberikan informasi yang benar dengan mengisi content-content positif dalam membangun sistem kehidupan manusia yang lebih baik toleran dan menghormati segala perbedaan. Dengan penguasaan literasi digital, para mahasiswa juga dapat ikut andil dalam membagun moderasi keberagamaan di Indonesia. Ini semua hanya dapat dilakukan jika para mahasiswa menjadi literate digital yang melek teknologi, jujur, objektif, taat hukum dan bertanggung jawab.

         Wallahu 'alam bi as-Shawab

More in this category: Renungan Buat FTIK IAIN Pekalongan »