Monday, 16 March 2015 00:00

300 Peserta Ikuti Training Menjadi Guru Kreatif

Written by

Pekalongan - Program Studi PGRA STAIN Pekalongan dan BSM (Brain Smart Management) melatih 300 peserta menjadi guru professional di Auditorium Kampus baru-baru ini. “Menjadi guru yang professional itu tidak mudah. Seperti profesi-profesi yang lain, dibutuhkan kualifikasi tertentu. Guru butuh kemampuan pedagogik, kepribadian, sosial, dan professional”, kata Siti Mumun Muniroh. Ditemui di ruang kantornya, Kaprodi PGRA ini menyampaikan pentingnya peran guru. “sebagus apa pun kurikulumnya, tanpa guru berkualitas, tujuan pembelajaran akan sulit tercapai,” tandas perempuan yang juga Direktur Green School Kota Pekalongan.

Kegiatan Training Nasional ini bertopik “Menjadi Guru Kreatif, Asyik dan Menyenangkan”. ) Ahmad Fauzan, selaku ketua panitia mengatakan bahwa traning ini bertujuan memberi bekal kepada guru dan calon guru agar menjadi pendidik yang kretif, asyik dan penyenangkan. Menurut Fauzan, sebagian besar guru masih mengalami kendala dalam mengajar. Padahal, katanya, metode adalah salah satu aspek yang berkontribusi bagi keberhasilan belajar siswa. Karenanya, training ini penting untuk mengasah guru agar lebih siap menjadi guru yang lebih dicintai anak didiknya. “metode belajar yang baik, fun, kreatif, inovatif, membikin siswa betah belajar. Ada korelasi kualitas guru dengan hasil belajar siswa” kata Fauzan, yang juga ahli hipnotrapi.

Sementara itu, dihadapan peserta, Kak Muhsin sebagai trainer tunggal membeberkan rahasia menjadi guru yang menyenangkan dan kreatif. Menurutnya, pertama kali yang perlu diperhatikan adalah niat. Trainer nasional ini mengatakan bahwa “Menjadi guru adalah kemuliaan dan kehormatan, karena untuk menjadi guru tidak sembarang orang bisa. Tidak semua orang mau. Menjadi guru merupakan pilihan. Pilihan orang-orang yang ingin mulia dan terhormat disisi Allah dan di sisi Manusia”, katanya. Sebab itu, Kak Muhsin mengajak seluruh peserta memberi selamat kepada hadirin, yang disebutnya sebagai “pejuang yang mendedikasikan hidupnya sebagai pahlawan tanpa tanda jasa”.

Bagi Kak Muhsin, mengajarkan materi apapun kepada anak didik membutuhkan kesabaran, keseriusan, ilmu dan ketrampilan yang memadai. Dunia anak tidak mengenal batas. Sebab itu dibutuhkan pengetahuan dan keterampilan khusus. “Tanpa sebuah kreatifitas, siswa menjadi tidak bergairah. Mereka bosan, tidak betah dan akhirnya malas, argumen Muhsin. Oleh karenanya, Kak Muhsin berpesan agar guru tampil menarik dan selalu meningkatkan kemampuan mengajarnya. Siswa akan mudah menangkap pelajaran, karena mereka senang rasa senag kepada guru. Sebaliknya, guru yang killer, menakutkan dan membosankan bembuat siswa takut dan alergi.

Pada akhir sesi training, Kak Muhsin menandaskan kembali, “guru profesional adalah guru yang mahir mengelola kelas, mengajar penuh gairah, inspairing, tidak membosankan, pandai membuka kelas, enak menyampaikan materi, dan membuat ending yang cantik”, pungkas trainer asal Klaten._(MA).