Tuesday, 17 November 2020 00:00

BERSIAP MENGELOLA JURNAL BEREPUTASI INTERNASIONAL (SCOPUS), FTIK GANDENG QIJIS

Written by

KUDUS,Publikasi artikel di jurnal bereputasi Internasional menjadi alat yang dapat meningkatkan reputasi dosen dan perguruan tinggi. Kemajuan teknologi membuat artikel yang telah terunggah di internet dapat dibaca dan dikutip oleh para peneliti di berbagai negara. Dalam rangka berperan serta dalam hal tersebut, Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan IAIN Pekalongan menyelenggarakan workshop penguatan jurnal menuju jurnal bereputasi Internasional (Scopus) berkolaborasi dengan QIJIS (Qudus International Journal of Islamic Studies) IAIN Kudus.

Acara ini dihadiri oleh dosen dan pengelola jurnal di lingkungan IAIN Pekalongan. Acara dilaksanakan hari Jum’at s.d Minggu, 14-16 November 2020 di Hotel Griptha, Kudus. Narasumber acara ini yaitu Wahibur Rokhman, Ph.D dan Muhamad Mustaqim, MM, M.Pd.I (Editor in Chief dan Managing Editor di QIJIS).

Hari pertama, peserta fokus mempelajari tentang kriteria dan standart penulisan naskah jurnal bereputasi internasional baik Scopus maupun Web of Science (WoS). “Untuk mencapai jurnal bereputasi Scopus sebaiknya dipersiapkan dengan baik, tidak perlu terburu-buru. Selain itu butuh passion, kesabaran dan dinikmati,” tutur Wahibur. Lebih lanjut, Editor in Chief QIJIS ini menambahkan standing editor, diversifikasi editor, diversifikasi penulis dan kualitas artikel merupakan kunci jurnal dapat terindex scopus.

Sementara itu, Mustaqim menyampaikan dosen pengelola jurnal perlu mengikuti berbagai conference untuk dapat memperluas jaringan. Mustaqim menuturkan hal tersebut akan mempermudah dalam jurnal memperoleh reviewer dan menambah citation. Artikel dalam jurnal yang bereputasi internasional menggunakan bahasa Inggris dan tulisan latin, sehingga pengelola perlu memberikan aturan terkait standar penulisan tersebut. Proofreader juga dapat diperbantukan dalam mengoreksi artikel jurnal kita.

Kegiatan hari kedua diisi dengan klinik jurnal. Alsinatuna dan Edukasia Islamika menjadi jurnal yang direview kelayakannya masuk jurnal internasional berindex Scopus. Hasil review menunjukkan kedua jurnal tersebut memiliki beberapa aspek positif yang mendukung sebagai jurnal bereputasi internasional. Namun, masih terdapat beberapa aspek yang masih perlu ditingkatkan.

Wakil Dekan III FTIK IAIN Pekalongan, Abdul Khobir, M.Ag, menegaskan kegiatan ini perlu ada tindak lanjut berupa pendampingan jurnal terindex Scopus dan WoS. “Semoga fakultas-fakultas di IAIN Pekalongan dapat menelurkan jurnal-jurnal bereputasi Internasional sehingga dapat meningkatkan iklim riset dan publikasi ilmiah di lingkungan IAIN Pekalongan,” pungkas Khobir. (PR)

_____________________________________________________________________________________________________

Pemateri:

1. Muhamad Mustaqim, M.M.,M.Pd.I (Managing Editor di Qudus International Journal of Islamic Studies IAIN Kudus)

2. Wahibur Rokhman, Ph.D (Editor in Chief di Qudus International Journal of Islamic Studies IAIN Kudus)

Dr Muhamad Jaeni (Ketua Panitia)

1.Diikuti oleh dosen & 9 pengelola jurnal di lingkungan IAIN Pekalongan

2.Dihadiri 42 orang (35 dosen & 8 tenaga pendidikan)

3.Harapan adanya peningkatan dari Sinta 2 menuju SCOPUS

4.Dipilihnya QIJIS karena termasuk salah satu jurnal PTKIN yang sudah terindeks SCOPUS

Dr Salafudin, M.Si. (Wadek II mewakili Dekan)

1.Harapan munculnya jurnal-jurnal di lingkungan FTIK yang tidak hanya bereputasi nasional tetapi juga internasional, karena salah satu marwah sebuah perguruan tinggi adalah adanya jurnal yang berkualitas. Hal ini adalah amanat rektor yang difollow up-i oleh jajaran di bawahnya.

2.Harapan agar dua jurnal di FTIK mengikuti jejak langkah QIJIS yang dapat mencapai reputasi internasional. Sedangkan jurnal-jurnal rintisan yang ada di FTIK dapat mengikuti jejak langkah 2 jurnal FTIK yang sudah established.

Wahibur Rokhman, Ph.D

1.Ada 31 jurnal, Sinta 1 ada 1, Sinta 2 ada 7, dan yang lain level 3 sampai 6.

2.Pengelola jurnal ditangani oleh dosen-dosen muda, cpns dan DT Non PNS.

3.Issue tentang Scopus mulai 2016, sebagai sebuah tuntutan bagi dosen.

4.Mengapa menulis: for graduation (kelulusan), promotion (kenaikan pangkat), recognized (diakui), reward/award (penghargaan), disseminate knowledge.

5.Bimbing skripsi dengan baik dan publikasikan di jurnal.

6.Trik menulis di Scopus.

7.Penelitian boleh lokal, tetapi cara pengemasanya harus internasional dan menarik. Contoh artikel: The practice of local economyc development and maqashid al-shariah evidence from a pesantren in west java (penelitian hanya di sebuah pesantren di jawa barat).

8.Self citation jangan terlalu banyak, akan berdampak buruk pada jurnal kita

9.Judul jangan es teh (sudah banyak dan tidak menarik), buatlah judul yang catchy.

10.Introduction berkisar 4 s.d. 5 halaman, berisi: Gambaran umum penelitian; bagaimana riset sebelumnya; novelty-nya apa, tujuan tulisan apa?

Muhamad Mustaqim, M.M.,M.Pd.I

1.Ada 3 hal yang harus disiapkan sebelum submit ke Scopus:

  • Penulis luar negeri
  • Editor (reputasi editorà sebarannya harus dari beberapa negara, reputasinya dilihat dari h indeknya di scopus, bukan di google scholar.
  • Sitasi

2.Edukasia Islamica hendaknya masuk subjek area di Islamic Studies (karena masih jarang) dari pada ke education (banyak saingan dan sudah bagus-bagus).

3.Kualitas jurnal dari banyaknya sitasi (kata scopus), bukan kualitas artikel maupun kredibilitasnya. Ada jurnal Q1 yang tiba-tiba discontinued dari Scopus. (HSSR: Humanities & Social Sciences Reviews), jurnal di India yang rata-rata penulisnya dari Indonesia)

4.ESCI (milik Web Of Science)

5.Meningkatnya jumlah dokumen Indonesia di Scopus ternyata berasal dari proseding, bukan dari jurnal.

6.Lihat scope jurnal scopus di Schimago, karena ada yang lebih luas ketika di web resmi jurnalnya.

7.Lihat jurnal phsico sosial rehabilitation https://www.psychosocial.com/current-issues/

8.Submit scopus tidak harus Sinta dahulu. QIJIS tidak submit Arjuna tetapi langsung ke Scopus.

9.Lembaga pengindek tidak bisa disepahamkan, karena punya spesifikasi dan karakteristik masing-masing.

10.Mendaftarkan 3 issue atau 10 artikel saja, pilih artikel yang paling baik, minimal separuhnya adalah penulis luar negeri. à submit Scopus.

11.Teori-teori tentang penulisan artikel akhirnya harus patuh pada gaya selingkung yang digunakan jurnal yang dituju.

Kriteria Jurnal Terindeks WoS dan Scopus (Wahibur Rohman)

1.Ada beberapa jurnal yang berbahasa Melayu dan Turki yang terindeks Scopus

2.Title harus berbahasa Inggris  WoS, hal ini terkait sitasi.

3.Referensi harus latin

4.Harus peer review untuk melihat adakah novelty atau tidak. Reviewer lah yang lebih tahu peta tema kajian yang sedang trend dalam suatu kajian ilmu.

5.Content Readable for internasional reader à bahasa Inggris jurnal harus terbaca, bukan hasil terjemah mesin.

6.Pastikan tidak ada nama jurnal yang sama dengan yang sudah terindeks Scopus

7.Usahakan jurnal yang hendak submit ke Scopus sudah tersitasi oleh artikel yang terbit di jurnal (atau minimal prosiding) yang sudah terindeks Scopus.

Muhamad Mustaqim, M.M.,M.Pd.I

1.Di Scopus yang ada adalah Religious Studies, bukan Islamic Studies karena mencakup semua agama.

2.Sebuah jurnal bisa mempunyai beberapa Quartile sesuai dengan jumlah subjek areanya.

3.Sedangkan di Scimago hanya menampilkan Quartile yang tertinggi. (Contoh: jurnal QIJIS)

4.Penentuan subjek area/kluster ditentukan oleh Tim Penilali Scopus (CSAB), pengusul hanya bisa mengusulkan.

5.Judul dan abstrak wajib bahasa Inggris Syarat Scopus.

6.Menulis judul yang unik. Maksud unik di sini adalah jarang dipublish di Scopus, meskipun sudah banyak dibahas orang.

7.Penilai scopus hanya menilai form yang kita ajukan, juga melihat artikel yang sudah publish (yang sudah matang). Tidak sampai ke bagian dalam manajemen OJS sebagaimana akreditasi Sinta.

8.Yang penting siapkan 10 artikel yang paling bagus yang hendak diajukan.

9.Scopus menyewa orang untuk mereview artikel jurnal yang submit. Sehingga jika masuk ke subjek area yang banyak jurnalnya, maka akan sangat berat untuk bisa terindeks.

10.Yang dinilai adalah standing editor dari berbagai negara, apalagi jika punya h-indek yang tinggi di scopus.

Wahibur Rohman (Indeksasi WoS)

1.Kriteria jurnal terindeks WoS Publishing standar, novelty of content, citation impact, international diversity

2.Scopus SJR

3.WoS Impact Factor

Klinik Jurnal

Edukasia Islamika

1.Jelaskan bentuk/jenis peer review-nya; single, open, atau blind rivew àdi bagian review process

2.Diversitas editor belum terlalu banyak, hanya 2 yang dari luar negeri

3.Jika 10 artikel yang diajukan maka minimal 5 orang penulis berasal dari luar negeri. Jika yang diajukan 3 edisi, maka minimal ada 2 penulis luar negeri di setiap edisinya.

4.Ketersitasian di Scopus baru 4 (dikutip di prosiding), perlu ditingkatkan.

5.Pernyataan plagiasi, berapa persen similiarity yang ditoleransi harus ditegaskan.

6.Tidak usah menyarankan aplikasi tertentu, cukup menggunakan “manajemen referensi”.

7.Focus scope dibuat numbering agar memudahkan untuk dibaca.

8.Disarankan pakai microsoft publisher untuk lay out journal. Tetapi semua bergantung keputusan redaksi.

9.Beberapa artikel tidak ada novelty, dan tidak ada analisis

10.Jangan biarkan ada kata-kata ambigu dalam abstrak, seperti kata yang diberi tanda kutip.

Alsinatuna (Wahibur Rokhman, Ph.D).

1.Tunjukkan distingsi yang mau ditawarkan ke CSAB (tim penilai Scopus)

2.Home masih ada redaksi yang masih janggal. Arabic Language

3.Home Tambahi bahwa jurnal telah terakreditasi oleh Ristek dan sudah ber-DOI.

4.Peer review jurnal pada bagian duties of reviewer (tambahkan apa yang dilakukan reviewer)

5.Khalid Faraj, tambahkan negara-nya, tidak hanya nama perguruan tingginya.

6.Scopus biasa meng-check editorEditor internasional biasanya 2 kali lipat dari jumlah artikel yang publish.

7.Pernyataan kapan terbit, berapa kali. Taruh di home.

8.NISSN di-link-kan.

9.Yang dilihat pertama ada editor in chief-nya/standing editor-nya, usahakan punya ID Scopus, oleh kerena itu tidak harus dari internal jurnal. Logikanya bagaimana dia mengelola jurnal Scopus tetapi dia tidak punya ID Scopus.

10.DOI belum aktif.

11.Kontak editor, belum ada alamat.

12.Belum ada kebijakan anti plagiarisme, jelaskan memakai Turnitin dan maksimal similiarity adalah sekian persen.

13.Manajemen referensi, cukup secara umum, tidak menyebut aplikasi tertentu.

14.Tidak perlu menjelaskan rincian cara penulisan gaya selingkung tertentu, karena semua orang pasti sudah tahu.

15.Focus & Scope tambahkan apakah empirical research, book review atau apa di bagian awal focus & scope.

16.Lay out, terlalu banyak sub. Misalnya di bagian Method. Jelaskan secara umum, tetapi harus jelas.

17.Hindari penomoran dalam abstrak. Jika ada implikasi, tambahkan di bagian abstrak.

18.Konsistensi dan koherensi antar paragraf harus diperhatikan. Jangan terlalu pendek atau panjang.

19.Judul harus ada versi Inggrisnya.

20.Lay out pakai In Design.

21.Bisa menggunakan institusi dimana penulis sedang sekolah di luar negeri, bahkan bisa double institusi, untuk menunjukkan diversitas penulis.

22.Editor in chief bisa dari luar institusi, yang terpenting sudah punya ID Scopus.

23.Judul artikel di pdf juga ditransliterasi. Agar konsisten dengan yang ada di laman OJS.

24.Judul artikel bisa ditransliterasi atau juga bisa ditranslate. Studia Islamika masih pakai transliterasi.

25.Pedoman transliterasi hendaknya pakai standar internasional (misal yang dipakai studia islamika). Beberapa ejaan ada yang berbeda dengan panduan SKB tiga menteri. Adapun tambahan-tambahan simbol di huruf kebanyakan sama.

26.www.readyforscopus.com Â evaluasi diri sebelum submit ke scopus.

Penutupan

Wadek 3 (Abdul Khobir, M.Ag)

  • Ucapan terima kasih
  • Semangat di bawa ke kampus, harapannya agar dapat mengikuti jejak langkah IAIN Kudus
  • Permohonan minta maaf