Wednesday, 24 February 2021 00:00

FTIK AWALI SEMESTER GENAP 2020/2021 DENGAN KULIAH UMUM DAN NGAJI BARENG KYAI

Written by

Pekalongan – Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan menggelar studium general bertajuk Kuliah Umum dan Ngaji Bareng Kyai dengan tema “Pendidikan Karakter dalam Perpektif manajemen Pesantren” untuk mengawali perkuliahan semester genap tahun akademik 2020/2021, baru-baru ini (23/2/2021). Narasumber dalam acara ini adalah Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S. (pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Ciamis) dan K.H. Muhammad Idrus Romli (pengasuh Pondok Pesantren Al Hujah Jember).

Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Dr. H. Muhlisin, M.Ag. Dalam sambutannya beliau menyampaikan pentingnya sinergi antara sekolah, madrasah, dan PTKIN dalam pembentukan karakter.

“Di masa perkembangan teknologi yang makin pesat, khususnya di masa pandemi seperti ini, hal-hal yang tadinya dilarang, sekarang justru dianjurkan, bahan diharuskan. Misalnya penggunaan gadget, yang dulu para siswa dilarang bermain handphone saat pelajaran, sekarang justru harus menggunakan handphone untuk pembelajaran. Hal ini secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap fisik, bahkan jiwa para siswa. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh kepada karakter mereka. Oleh karena itu, sangat perlu diperhatikan adanya sinergi antar semua pihak guna meminimalisir dampak negatif yang mungkin muncul. Sinergi antara lembaga pendidikan tinggi dengan pesantren ini salah atu di antaranya adalah integrasi keilmuan pendidikan formal dengan tradisi pesantren. Misalnya bagaimana hubungan antara siswa dengan guru, atau dosen dengan mahasiswa,” tuturnya.

Selanjutnya Dekan FTIK Dr. H. Sugeng Sholehuddin, M.Ag. menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya acara ngaji bareng kyai ini.“Setelah tahun kemarin kita berhasil menghadirkan ulama kharismatik Gus Baha dan Gus Ghofur, pada stadium general menghadirkan kyai-kyai pengasuh pondok pesantren terkemuka sebagai narasumber. Dengan tema pendidikan karakter dalam perpektif pesantren ini diharapkan akan dapat menguatkan kualitas pembelajaran di PTKIN, khususnya di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pekalongan ini,” terangnya.

Dalam materinya, narasumber pertama Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S. menyampaikan bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memegang peran strategis dalam pembentukan karakter generasi bangsa. Dalam tradisi pesantren, para santri diajak riyadhoh ilmiah, riyadhoh jasmaniyah, dan riyadhoh furuiyah. Jadi santri diajarkan ilmu, fisik, dan juga ibadah.

“Pengembangan pendidikan karakter antara lain bertujuan untuk menghilangkan potensi arogansi dalam diri peserta didik/santri. Wacana pendidikan karakter dalam perspektif manajamen pesantren sangat penting untuk menyiapkan generasi calon pemimpin umat pada masa mendatang. Pendidikan karakter yang terpadu dalam manajemen pesantren secara konseptual merujuk pada keseluruhan, kesatuan, kebulatan, kelengkapan, yang ditandai oleh interaksi dan interdependensi antara komponen-komponen pendidikan,” terangnya.

Pemateri selanjutnya, K.H. Idrus Romli menjelaskan bahwa dalam dunia pesantren, banyak hal yang harus diperhatikan adalah tentang mencari ilmu.

“Dalam kitab-kitab tentang belajar mengajar, pada bab awal selalu ditekankan mengenai pentingnya menuntut ilmu dan keutamaan orang-orang yang berilmu. Hal ini perlu disampaikan kepada murid-murid kita, para santri atau mahasiswa untuk memotivasi mereka saat belajar dan memuliakan ahli ilmu. Bahkan saya sendiri ketika merasa jenuh saat mengajar, say abaca-baca lagi bab itu, lalu jadi semangat lagi. Membangun karakter dlm pmikira mhs agar memuliakan ahli ilmu.

Disampaikan juga tentang pentingnya cita-cita dalam hidup, khususnya saat belajar dengan memiliki cita-cita, santri atau mahasiswa akan memiliki arah yang jelas saat belajar. Pasang cita-cita setinggi mungkin. Disamping itu, perlu diperhatikan juga etika antara murid dengan guru, murid denegan teman, bahkan termasuk murid dengan buku-buku.

“Bagi santri, menghormati guru merupakan salah satu cara untuk memperoleh keberkahan. Berkah itu berarti bertambahnya kebaikan, dan tidak selalu diukur dengan materi. Sesama teman para santri atau mahasiswa harus saling menolong. Perlu juga diperhatikan etika terhadap ilmu. Contoh kecil, namun perlu diperhatikan misalnya dalam penataan buku-buku, Alquran diletakkan di posisi paling tinggi, di bawahnya buku-buku tafsir, diikuti buku-buku haditsm fiqih, akhlak, tata bahasa, syair, dan seterusnya. Begitulah manajemen pendidikan pesantren yang harus kita terapkan di manapun saat kita belajar dan mengajar di manapun.

Sebagai penutup, disampaikan juga mengenai pentingnya hubungan batin antara guru dengan murid. Para guru atau dosen harus tahu kebutuhan masing-masing murid atau mahasiswanya. Menurut beliau, tidak jarang bahkan para kyai membantu para santrinya dalam urusan-urusan pribadinya, semua demi kebaikan mereka. Di samping itu, guru sebelum mengajar diharapkan berdoa agar siswanya diberikan pemahaman dan keberkahan.