Tuesday, 22 June 2021 19:25

Gelar ICONIE, FTIK Perkuat Moderasi Beragama dalam Pendidikan

Written by

Kajen, Pekalongan (16/6) -  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) sukses menyelenggarakan International Conference on Islam and Education (ICONIE) untuk yang pertama kalinya di tahun 2021. Konferensi Internasional dengan tema Crafting Inclusive-Moderate Islam in Indonesian Education Reform "Freedom to Learn" ini diselenggarakan secara virtual melalui aplikasi Zoom dan live streaming YouTube selama dua hari, Rabu 16 Juni 2021 sampai dengan Kamis 17 Juni 2021.

Narasumber konferensi terdiri dari para tokoh, pakar, dan praktisi bidang ilmu pendidikan dan studi Islam di tingkat internasional: 1. Prof. Dr. James B. Hoesterey (Emory University, Atalanta, USA) 2. Prof. Dr. Isnira A. Baginda (Mindanao State University, Philippines). 3 Assoc. Prof. Dr. Nagla al-Adly (Ain Shams University, Egypt). 4. Dr. Zainab Mourad (Western Sydney University, Australia). 5. Assoc. Prof. Dr. Ade Dedi Rohayana (IAIN Pekalongan, Indonesia) 6. Assoc. Prof. Dr. Muhlisin (IAIN Pekalongan, Indonesia). Konferensi ini dimoderatori oleh Cand. Ph.D Isriani Hardini, M.A (Dosen FTIK IAIN Pekalongan) dan Cand. Dr. Nur Kholis, M.A (Dosen FTIK IAIN Pekalongan).

Seminar internasional ini di ikuti oleh peserta dari berbagai institusi perguruan tinggi seluruh Indonesia mulai dari mahasiswa, dosen, segenap akademisi maupun praktisi. Dalam sambutannya, Dr. Muhammad Jaeni, M.Pd., M.Ag selaku Chairperson of ICONIE menegaskan bahwa membangun kehidupan beragama yang moderat melalui sistem pendidikan yang memanusiakan manusia adalah suatu keniscayaan yang harus menjadi perhatian utama dan menjadi fondasi dalam mengarusutamakan moderasi beragama di perguruan tinggi. Dipertegas oleh Moh. Muslih, Ph.D selaku Wakil Rektor II IAIN Pekalongan dalam pembukaan acara menyampaikan bahwa kajian tentang moderasi beragama sangatlah penting, adanya diskusi ini bertujuan untuk melihat seberapa jauh peran perguruan tinggi, khususnya PTKI dalam menyajikan konten dan konsep Islam Washatiyah yang berkualitas dan bertanggungjawab bagi khalayak, utamanya mahasiswa milenial sehingga mereka mampu melihat konsep Islam sebagai rahmatan lil ‘aalamiin.

Di sesi hari pertama terdapat tiga main spekers yang menyampaikan materinya.

Main speaker pertama, Assoc. Prof. Dr. Ade Dedi Rohayana menyampaikan materi dengan judul “Religious Moderation In Islamic Perspectives”. Dalam paparannya, Dr Ade menjelaskan bahwa pada hakikatnya ajaran Islam adalah ajaran yang moderat, namun tidak semua manusia memiliki cara pandang yang moderat dalam memahami hakikat ajaran agama yang moderat itu, oleh karenanya bagaimana kita sebagai muslim mampu memiliki cara pandang yang moderat dalam memahami hakikat ajaran Islam, tegasnya.

Sementara itu, main speaker kedua, Dr. Zainab Mourad menyampaikan materi dengan judul “Neoliberalism, Islamophobia and the Schooling of minority Muslim Students in South-West Sydney”. Dalam paparannya, Dr Zaenab menjelaskan tentang berbagai fenomena yang terjadi di Australia mulai dari neoliberalisme, Islamofobia dan Pendidikan Muslim minoritas di South-West Sydney. Lebih lanjut Dr. Zainab menjelaskan bahwa saat ini muncul fenomena Muslim minoritas di Australia yang ingin seolah mengambil alih kewenangan dengan memasukkan hukum syariah ke dalam kebijakan dan undang-undang nasional, memaksakan praktik budaya dan hukum agama Islam pada penduduk Australia. Pemuda Muslim banyak dikonstruksi oleh media dan wacana politik sebagai masalah sosial politik utama bagi negara yang mengancam kohesi sosial dan keamanan negara dan pada akhirnya menimbulkan ketakutan akan radikalisasi, pungkasnya. Sedangkan main speaker ketiga, Assoc. Prof. Dr. Nagla al-Adly menyampaikan materi dengan judul “Al-I’tidal al-diny wa al-wasathiyah fi al-Islam”. Dalam paparannya, Dr. Nagla menjelaskan bahwa sikap moderasi dalam beragama harus menjadi cara pandang umat Islam dalam menyikapi segala problematika baik itu sosial, politik, budaya terlebih agama. Sikap moderat perlu diwujudkan melalui moderasi dalam berakidah, beribadah, maupun bermuamalah dengan memahami kondisi riil masyarakat setempat dan berinteraksi serta berperilaku dengan sesama manusia, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Inilah wujud Islam yang damai, mencintai kedamaian dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi beragama, pungkasnya.

Di hari kedua (17/6), sama dengan hari pertama, terdapat tiga main speakers.

Main speaker pertama Assoc. Prof. Dr. Muhlisin menyampaikan materi dengan judul “Character Building In The Disruption Era: Potentials & Problems”. Dalam paparannya Dr. Muhlisin menjelaskan bahwa dalam perspektif Islam, karakter mulia merupakan esensi yang dihasilkan dari proses penerapan syariah (baik ibadah maupun muamalah) yang didasarkan pada landasan aqidah yang mapan. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa karakter yang baik akan memperkuat eksistensi manusia sebagai subjek kehidupan dan salah satu figur sentral karakter yang harus menjadi teladan umat Islam adalah Rasulullah Saw dengan berbagai sifat kemuliaannya seperti fathonah yang berarti intelligence quotient; Siddiq yang berarti spiritual quotient; amanah yang berarti social quotient; dan tabligh yang berarti Emotional Quotient.

Adapun Main speaker kedua, Prof. James dari Emory University, Atalanta, USA yang sudah akrab dengan budaya Indonesia dan familiar dipanggi Aa Jim menyampaikan materi dengan judul “Pedagogy of the Moderate”. Dalam pemaparannya Prof James menjelaskan bahwa internalisasi nilai-nilai moderasi Islam atau islam Wasatiyyah penting dilakukan dalam pembelajaran karena lembaga pendidikan harus menjadi motor penggerak moderasi Islam yang terkandung dalam aspek tridharma yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sehingga nilai-sikap moderat yang diajarkan melalu bangku di kelas maka dapat diimplementasikan dalam perilaku sehari-hari di masyarakat.

Sementara Main Speaker yang ketiga memberikan kajian dari sudut pandang gender, beliau adalah Prof. Baginda dari Mindanao State University, Philippines. Dalam pemaparannya beliau menjelaskan bahwa masalah gender dalam pendidikan telah menjadi perhatian global Internasional khususnya dalam pendidikan Islam dan di kalangan umat Islam itu sendiri. Banyaknya penafsiran-penafsiran Al-Qur’an dan Hadits yang tekstual dan tidak memperhatikan aspek kontekstual menggiring banyaknya persepsi tentang gender dan menyalah artikan dalam memaknai relasi gender yang berkeadilan dan berkeseteraan dalam Islam. Dalam mewujudkan kemajuan di semua bidang pendidikan, maka harus dibuka seluas mungkin bagi perempuan maupun laki-laki tanpa pembatasan. Dalam diskusinya Baginda memberikan banyak wawasan tentang statistik global tentang gender dan Pendidikan Islam; kesetaraan gender dan sejarah tujuan pendidikan Islam; dan isu-isu tentang pendidikan Islam perempuan situasi saat ini, tantangan, kebutuhan, dan prospek masa depan. Kesetaraan gender dalam dunia pendidikan sejatinya merepresentasikan kesetaraan gender dalam masyarakat, tegas Baginda.

Di akhir seminar internasional ini, Dr. M. Sugeng Sholehuddin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan memberikan sambutan penutupan ICONIE 2021. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa tantangan krusial yang dihadapi masyarakat saat ini adalah eksklusivisme dan radikalisme dalam pemahaman dan praktik keagamaan. Inklusivisme digambarkan sebagai merangkul semua pemeluk agama lain, bukan dalam arti teologis (dalam menerima kepercayaan agama lain) tetapi dalam hal sikap seseorang terhadap agama "lain" dalam masyarakat. Oleh karena itu, dalam masyarakat majemuk saat ini, penting bagi orang-orang dari berbagai keyakinan dan latar belakang agama untuk hidup bersama secara damai. Kami bekerja sama dan berkolaborasi satu sama lain. Konferensi ini diharapkan mampu mempromosikan pemahaman nilai-nilai Islam Moderat yang lebih baik, khususnya dalam kaitannya dengan pendidikan, pungkasnya.

ICONIE 2021 ditutup secara resmi setelah panitia menyampaikan pengumuman The Best Presenter dan The Best Paper. Secara keseluruhan, acara ini berjalan lancar dengan dihadiri oleh 400 partisipan setiap sesinya dan terdapat 90 presenter yang menyajikan naskahnya dengan tema-tema terkait. Kesuksesan acara ini merupakan kebanggaan bersama bagi seluruh civitas akademika IAIN Pekalongan khususnya Fakutlas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan sebagai tuan rumah Penyelenggara.


Redaktur : Tim Publikasi ICONIE