admin

admin

Sebagai sebuah lembaga yang ingin terus berbenah, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pekalongan mendakan FGD RIP, RENSTRA, SENOP di Hotel Horison Pekalongan. Acara dilaksanakan pada kamis 26 November 2020 dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. FGD menghadirkan dua pembicara dari UIN Maulana Malik Ibrohim Malang yaitu Dr. Sugeng Listyo Prabowo, M. Pd. dan Rosihan Asihuddin, M. A. B. Ke dua pembicara yang dihadirkan merupakan pakar dalam manajemen lembaga. Acara dihadiri oleh pimpinan fakultas, pimpinan jurusan, dan dosen dilingkungan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pekalongan.

Tujuan diadakannya FGD RIP, RENSTRA, RENOP adalah untuk membekali pimpinan lembaga baik ditingkat fakultas maupun jurusan agar memahami bagaimana cara menuyusun RIP, RENSTRA, RENOP yang baik. Staf lembaga penjamin mutu UIN Malang bapak Rosihan Asihuddin, M. A. B. dalam pemaparannya menyampaikan bahwa lembaga harus memiliki impian. Impian harusnya dapat terlihat dan terukur. Beliau mencontohkan sebagai lembaga pendidikan tinggi bisa menjadikan Harvard University sebagai impian dalam pengembangan penelitian, dan melihat Al Azhar University sebagai impian dalam tata kelola yang baik. Mimpi-mimpi tersebut dituangkan dalam RIP (Rencana Induk Pengembangan. RIP lanjut beliau bisa mengambarkan impian lembaga lima, sepuluh, lima belas tahun yang akan datang.

Pembica kedua Dr. Sugeng Listyo Prabowo, M. Pd. menyampaikan materi RENSTRA (Rencana Strategis). Di awal sesi beliau menyampaikan pentingnya rencana. Hal-hal strategis harus dicapai dan dituangkan dalam RENSTRA selama lima tahun. Selama acara peserta secara antusias. Banyak peserta yang bertanya dan berdiskusi dengan pembicara.

Acara ditutup dengan doa. Harapannya Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pekalongan mampu menyusun RIP, RENSTRA, RENOP dengan baik. Sehingga FTIK IAIN Pekalongan terus mencapai kemajuan dan semakin berguna bagi stakeholder.

PEKALONGAN - Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri Pekalongan menyelenggarakan Pelatihan Softskill dengan mengusung tema Optimalisasi Potensi Diri untuk Sukses Berkarier Di Era Revolusi Industri 4.0. Kegiatan ini berlangsung selama 2 hari tepatnya pada hari Minggu dan Senin tanggal 29-30 Nopember 2020 di Hotel Horison Pekalongan. Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan calon wisudawan yakni 90 mahasiwa PAI, 60 mahasiswa PBA, 60 mahasiswa PGMI, dan 30 mahasiswa PIAUD. Untuk jurusan PAI dan PIAUD dilaksanakan pada hari Minggu, 29 Nopember 2020 sedangkan untuk jurusan PBA dan PGMI dilaksanakan pada hari Senin, 30 Nopember 2020. Masing-masing jurusan dibuka oleh tim Dekanat yang terdiri dari Dr. H. M. Sugeng Solehuddin, M.Ag selaku Dekan FTIK, Dr. Hj. Sopiah, M.Ag selaku Wakil Dekan 1, Dr. H. Salafudin, M.Si selaku Wakil Dekan 2, dan Dr. H. Abdul Khobir, M.Ag selaku Wakil Dekan 3. Dalam masing-masing sambutan pembukaan acara pelatihan softskill tersebut diharapkan bisa membekali setiap calon wisudawan agar siap menghadapi dunia kerja dan tantangan zaman.

Narasumber selain dari tim Dekanat dan masing-masing Ketua Jurusan, juga mengambil dari Alumni IAIN Pekalongan yang telah sukses dalam dunia kerja dan multitalenta yakni Ahmad Masruri, S.Pd.I., S.E., M.Pd.I., M.MBA., Pariman, M.Psi., Abdul Azim, M.Pd.I., dan Mohammad Nasrudin, M.Pd.I. Serta dimoderatori oleh masing-masing sekretaris jurusan PAI, PBA, PGMI, PIAUD ditambah oleh beberapa dosen diantaranya Aan Fadia Annur, M.Pd dan Firdaus Perdana, M.Pd.

Masing-masing narasumber menyampaikan beberapa hal yang berkaitan tentang hardskill dan softskill yang harus dimiliki oleh para calon wisudawan agar siap dan sukses menghadapi tantangan zaman dan dunia kerja serta mampu bersaing dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri.Peserta sangat antusias, hal itu terlihat dari kehadiran dari para peserta dan banyaknya peserta yang mengajukan pertanyaan.

Kegiatan berjalan lancar dan sukses dan diakhiri dengan penyerahan kenang-kenangan dan foto bersama.

Pekalongan – Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan menggelar studium general bertajuk Kuliah Umum dan Ngaji Bareng Kyai dengan tema “Pendidikan Karakter dalam Perpektif manajemen Pesantren” untuk mengawali perkuliahan semester genap tahun akademik 2020/2021, baru-baru ini (23/2/2021). Narasumber dalam acara ini adalah Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S. (pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Ciamis) dan K.H. Muhammad Idrus Romli (pengasuh Pondok Pesantren Al Hujah Jember).

Acara dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Akademik Dr. H. Muhlisin, M.Ag. Dalam sambutannya beliau menyampaikan pentingnya sinergi antara sekolah, madrasah, dan PTKIN dalam pembentukan karakter.

“Di masa perkembangan teknologi yang makin pesat, khususnya di masa pandemi seperti ini, hal-hal yang tadinya dilarang, sekarang justru dianjurkan, bahan diharuskan. Misalnya penggunaan gadget, yang dulu para siswa dilarang bermain handphone saat pelajaran, sekarang justru harus menggunakan handphone untuk pembelajaran. Hal ini secara langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap fisik, bahkan jiwa para siswa. Bahkan tidak menutup kemungkinan akan berpengaruh kepada karakter mereka. Oleh karena itu, sangat perlu diperhatikan adanya sinergi antar semua pihak guna meminimalisir dampak negatif yang mungkin muncul. Sinergi antara lembaga pendidikan tinggi dengan pesantren ini salah atu di antaranya adalah integrasi keilmuan pendidikan formal dengan tradisi pesantren. Misalnya bagaimana hubungan antara siswa dengan guru, atau dosen dengan mahasiswa,” tuturnya.

Selanjutnya Dekan FTIK Dr. H. Sugeng Sholehuddin, M.Ag. menyampaikan rasa syukur atas terselenggaranya acara ngaji bareng kyai ini.“Setelah tahun kemarin kita berhasil menghadirkan ulama kharismatik Gus Baha dan Gus Ghofur, pada stadium general menghadirkan kyai-kyai pengasuh pondok pesantren terkemuka sebagai narasumber. Dengan tema pendidikan karakter dalam perpektif pesantren ini diharapkan akan dapat menguatkan kualitas pembelajaran di PTKIN, khususnya di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pekalongan ini,” terangnya.

Dalam materinya, narasumber pertama Dr. Fadlil Munawwar Manshur, M.S. menyampaikan bahwa pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memegang peran strategis dalam pembentukan karakter generasi bangsa. Dalam tradisi pesantren, para santri diajak riyadhoh ilmiah, riyadhoh jasmaniyah, dan riyadhoh furuiyah. Jadi santri diajarkan ilmu, fisik, dan juga ibadah.

“Pengembangan pendidikan karakter antara lain bertujuan untuk menghilangkan potensi arogansi dalam diri peserta didik/santri. Wacana pendidikan karakter dalam perspektif manajamen pesantren sangat penting untuk menyiapkan generasi calon pemimpin umat pada masa mendatang. Pendidikan karakter yang terpadu dalam manajemen pesantren secara konseptual merujuk pada keseluruhan, kesatuan, kebulatan, kelengkapan, yang ditandai oleh interaksi dan interdependensi antara komponen-komponen pendidikan,” terangnya.

Pemateri selanjutnya, K.H. Idrus Romli menjelaskan bahwa dalam dunia pesantren, banyak hal yang harus diperhatikan adalah tentang mencari ilmu.

“Dalam kitab-kitab tentang belajar mengajar, pada bab awal selalu ditekankan mengenai pentingnya menuntut ilmu dan keutamaan orang-orang yang berilmu. Hal ini perlu disampaikan kepada murid-murid kita, para santri atau mahasiswa untuk memotivasi mereka saat belajar dan memuliakan ahli ilmu. Bahkan saya sendiri ketika merasa jenuh saat mengajar, say abaca-baca lagi bab itu, lalu jadi semangat lagi. Membangun karakter dlm pmikira mhs agar memuliakan ahli ilmu.

Disampaikan juga tentang pentingnya cita-cita dalam hidup, khususnya saat belajar dengan memiliki cita-cita, santri atau mahasiswa akan memiliki arah yang jelas saat belajar. Pasang cita-cita setinggi mungkin. Disamping itu, perlu diperhatikan juga etika antara murid dengan guru, murid denegan teman, bahkan termasuk murid dengan buku-buku.

“Bagi santri, menghormati guru merupakan salah satu cara untuk memperoleh keberkahan. Berkah itu berarti bertambahnya kebaikan, dan tidak selalu diukur dengan materi. Sesama teman para santri atau mahasiswa harus saling menolong. Perlu juga diperhatikan etika terhadap ilmu. Contoh kecil, namun perlu diperhatikan misalnya dalam penataan buku-buku, Alquran diletakkan di posisi paling tinggi, di bawahnya buku-buku tafsir, diikuti buku-buku haditsm fiqih, akhlak, tata bahasa, syair, dan seterusnya. Begitulah manajemen pendidikan pesantren yang harus kita terapkan di manapun saat kita belajar dan mengajar di manapun.

Sebagai penutup, disampaikan juga mengenai pentingnya hubungan batin antara guru dengan murid. Para guru atau dosen harus tahu kebutuhan masing-masing murid atau mahasiswanya. Menurut beliau, tidak jarang bahkan para kyai membantu para santrinya dalam urusan-urusan pribadinya, semua demi kebaikan mereka. Di samping itu, guru sebelum mengajar diharapkan berdoa agar siswanya diberikan pemahaman dan keberkahan.

 

Pekalongan – Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut agama Islam Negeri (IAIN) Pekalongan menggelar Workshop Peningkatan Kompetensi Pendidik untuk mengawali perkuliahan semester Genap Tahun 2020/2021. baru-baru ini pada (24 s.d 25 Februari 2021), Workshop dilaksanakan secara daring atau online dengan media Zoom acara dibuka oleh Wakil Dekan II FTIK IAIN Pekalongan Ibu Dr. Hj. Sopiah, M.Ag selaku Ketua Panitia dan diikuti oleh 70 Tenaga Pendidik terdiri dari Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pekalongan dan Guru dari kementerian lain. Acara pembukaan ditutup dengan doa oleh Bapak Dr. H. Abdul Khobir, M.Ag.

Workshop hari pertama menghadirkan narasumber Ibu Andian Ari Anggraeni, M.Sc dari Universitas Negeri Yogyakarta memaparkan materi Engaging Blended Learning Course dan Teknik Video Presentasi menggunakan Power Point dilanjutkan dengan praktek. Workshop Peningkatan Kompetensi Pendidik hari pertama dimoderatori oleh Bapak Jauhar Ali, M.Pd.

Hari ke dua diisi oleh pemateri dari Universitas yang sama yaitu Bapak Febrianto Amri Ristadi, S.T., M.Eng.Sc. dengan materi Audio Recording untuk Podcast dan Screen Recording dengan Filmora dilanjutkan dengan praktek. Workshop Peningkatan Kompetensi Pendidik hari terakhir dimoderatori oleh Bapak Muchammad Fauyan, M.Pd.

Kegiatan Workshop Peningkatan Kompetensi Pendidik ditutup oleh Bapak Dr. H Sugeng Sholehuddin, M.Ag. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Pekalongan selaku Penganggung jawab Kegiatan.

Kajen, Pekalongan (16/6) -  Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) sukses menyelenggarakan International Conference on Islam and Education (ICONIE) untuk yang pertama kalinya di tahun 2021. Konferensi Internasional dengan tema Crafting Inclusive-Moderate Islam in Indonesian Education Reform "Freedom to Learn" ini diselenggarakan secara virtual melalui aplikasi Zoom dan live streaming YouTube selama dua hari, Rabu 16 Juni 2021 sampai dengan Kamis 17 Juni 2021.

Narasumber konferensi terdiri dari para tokoh, pakar, dan praktisi bidang ilmu pendidikan dan studi Islam di tingkat internasional: 1. Prof. Dr. James B. Hoesterey (Emory University, Atalanta, USA) 2. Prof. Dr. Isnira A. Baginda (Mindanao State University, Philippines). 3 Assoc. Prof. Dr. Nagla al-Adly (Ain Shams University, Egypt). 4. Dr. Zainab Mourad (Western Sydney University, Australia). 5. Assoc. Prof. Dr. Ade Dedi Rohayana (IAIN Pekalongan, Indonesia) 6. Assoc. Prof. Dr. Muhlisin (IAIN Pekalongan, Indonesia). Konferensi ini dimoderatori oleh Cand. Ph.D Isriani Hardini, M.A (Dosen FTIK IAIN Pekalongan) dan Cand. Dr. Nur Kholis, M.A (Dosen FTIK IAIN Pekalongan).

Seminar internasional ini di ikuti oleh peserta dari berbagai institusi perguruan tinggi seluruh Indonesia mulai dari mahasiswa, dosen, segenap akademisi maupun praktisi. Dalam sambutannya, Dr. Muhammad Jaeni, M.Pd., M.Ag selaku Chairperson of ICONIE menegaskan bahwa membangun kehidupan beragama yang moderat melalui sistem pendidikan yang memanusiakan manusia adalah suatu keniscayaan yang harus menjadi perhatian utama dan menjadi fondasi dalam mengarusutamakan moderasi beragama di perguruan tinggi. Dipertegas oleh Moh. Muslih, Ph.D selaku Wakil Rektor II IAIN Pekalongan dalam pembukaan acara menyampaikan bahwa kajian tentang moderasi beragama sangatlah penting, adanya diskusi ini bertujuan untuk melihat seberapa jauh peran perguruan tinggi, khususnya PTKI dalam menyajikan konten dan konsep Islam Washatiyah yang berkualitas dan bertanggungjawab bagi khalayak, utamanya mahasiswa milenial sehingga mereka mampu melihat konsep Islam sebagai rahmatan lil ‘aalamiin.

Di sesi hari pertama terdapat tiga main spekers yang menyampaikan materinya.

Main speaker pertama, Assoc. Prof. Dr. Ade Dedi Rohayana menyampaikan materi dengan judul “Religious Moderation In Islamic Perspectives”. Dalam paparannya, Dr Ade menjelaskan bahwa pada hakikatnya ajaran Islam adalah ajaran yang moderat, namun tidak semua manusia memiliki cara pandang yang moderat dalam memahami hakikat ajaran agama yang moderat itu, oleh karenanya bagaimana kita sebagai muslim mampu memiliki cara pandang yang moderat dalam memahami hakikat ajaran Islam, tegasnya.

Sementara itu, main speaker kedua, Dr. Zainab Mourad menyampaikan materi dengan judul “Neoliberalism, Islamophobia and the Schooling of minority Muslim Students in South-West Sydney”. Dalam paparannya, Dr Zaenab menjelaskan tentang berbagai fenomena yang terjadi di Australia mulai dari neoliberalisme, Islamofobia dan Pendidikan Muslim minoritas di South-West Sydney. Lebih lanjut Dr. Zainab menjelaskan bahwa saat ini muncul fenomena Muslim minoritas di Australia yang ingin seolah mengambil alih kewenangan dengan memasukkan hukum syariah ke dalam kebijakan dan undang-undang nasional, memaksakan praktik budaya dan hukum agama Islam pada penduduk Australia. Pemuda Muslim banyak dikonstruksi oleh media dan wacana politik sebagai masalah sosial politik utama bagi negara yang mengancam kohesi sosial dan keamanan negara dan pada akhirnya menimbulkan ketakutan akan radikalisasi, pungkasnya. Sedangkan main speaker ketiga, Assoc. Prof. Dr. Nagla al-Adly menyampaikan materi dengan judul “Al-I’tidal al-diny wa al-wasathiyah fi al-Islam”. Dalam paparannya, Dr. Nagla menjelaskan bahwa sikap moderasi dalam beragama harus menjadi cara pandang umat Islam dalam menyikapi segala problematika baik itu sosial, politik, budaya terlebih agama. Sikap moderat perlu diwujudkan melalui moderasi dalam berakidah, beribadah, maupun bermuamalah dengan memahami kondisi riil masyarakat setempat dan berinteraksi serta berperilaku dengan sesama manusia, baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan masyarakat. Inilah wujud Islam yang damai, mencintai kedamaian dan menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi beragama, pungkasnya.

Di hari kedua (17/6), sama dengan hari pertama, terdapat tiga main speakers.

Main speaker pertama Assoc. Prof. Dr. Muhlisin menyampaikan materi dengan judul “Character Building In The Disruption Era: Potentials & Problems”. Dalam paparannya Dr. Muhlisin menjelaskan bahwa dalam perspektif Islam, karakter mulia merupakan esensi yang dihasilkan dari proses penerapan syariah (baik ibadah maupun muamalah) yang didasarkan pada landasan aqidah yang mapan. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa karakter yang baik akan memperkuat eksistensi manusia sebagai subjek kehidupan dan salah satu figur sentral karakter yang harus menjadi teladan umat Islam adalah Rasulullah Saw dengan berbagai sifat kemuliaannya seperti fathonah yang berarti intelligence quotient; Siddiq yang berarti spiritual quotient; amanah yang berarti social quotient; dan tabligh yang berarti Emotional Quotient.

Adapun Main speaker kedua, Prof. James dari Emory University, Atalanta, USA yang sudah akrab dengan budaya Indonesia dan familiar dipanggi Aa Jim menyampaikan materi dengan judul “Pedagogy of the Moderate”. Dalam pemaparannya Prof James menjelaskan bahwa internalisasi nilai-nilai moderasi Islam atau islam Wasatiyyah penting dilakukan dalam pembelajaran karena lembaga pendidikan harus menjadi motor penggerak moderasi Islam yang terkandung dalam aspek tridharma yakni pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Sehingga nilai-sikap moderat yang diajarkan melalu bangku di kelas maka dapat diimplementasikan dalam perilaku sehari-hari di masyarakat.

Sementara Main Speaker yang ketiga memberikan kajian dari sudut pandang gender, beliau adalah Prof. Baginda dari Mindanao State University, Philippines. Dalam pemaparannya beliau menjelaskan bahwa masalah gender dalam pendidikan telah menjadi perhatian global Internasional khususnya dalam pendidikan Islam dan di kalangan umat Islam itu sendiri. Banyaknya penafsiran-penafsiran Al-Qur’an dan Hadits yang tekstual dan tidak memperhatikan aspek kontekstual menggiring banyaknya persepsi tentang gender dan menyalah artikan dalam memaknai relasi gender yang berkeadilan dan berkeseteraan dalam Islam. Dalam mewujudkan kemajuan di semua bidang pendidikan, maka harus dibuka seluas mungkin bagi perempuan maupun laki-laki tanpa pembatasan. Dalam diskusinya Baginda memberikan banyak wawasan tentang statistik global tentang gender dan Pendidikan Islam; kesetaraan gender dan sejarah tujuan pendidikan Islam; dan isu-isu tentang pendidikan Islam perempuan situasi saat ini, tantangan, kebutuhan, dan prospek masa depan. Kesetaraan gender dalam dunia pendidikan sejatinya merepresentasikan kesetaraan gender dalam masyarakat, tegas Baginda.

Di akhir seminar internasional ini, Dr. M. Sugeng Sholehuddin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan memberikan sambutan penutupan ICONIE 2021. Dalam sambutannya, beliau menegaskan bahwa tantangan krusial yang dihadapi masyarakat saat ini adalah eksklusivisme dan radikalisme dalam pemahaman dan praktik keagamaan. Inklusivisme digambarkan sebagai merangkul semua pemeluk agama lain, bukan dalam arti teologis (dalam menerima kepercayaan agama lain) tetapi dalam hal sikap seseorang terhadap agama "lain" dalam masyarakat. Oleh karena itu, dalam masyarakat majemuk saat ini, penting bagi orang-orang dari berbagai keyakinan dan latar belakang agama untuk hidup bersama secara damai. Kami bekerja sama dan berkolaborasi satu sama lain. Konferensi ini diharapkan mampu mempromosikan pemahaman nilai-nilai Islam Moderat yang lebih baik, khususnya dalam kaitannya dengan pendidikan, pungkasnya.

ICONIE 2021 ditutup secara resmi setelah panitia menyampaikan pengumuman The Best Presenter dan The Best Paper. Secara keseluruhan, acara ini berjalan lancar dengan dihadiri oleh 400 partisipan setiap sesinya dan terdapat 90 presenter yang menyajikan naskahnya dengan tema-tema terkait. Kesuksesan acara ini merupakan kebanggaan bersama bagi seluruh civitas akademika IAIN Pekalongan khususnya Fakutlas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan sebagai tuan rumah Penyelenggara.


Redaktur : Tim Publikasi ICONIE

 

PERPANJANGAN PEMBAYARAN SPP DAN UKT SEMESTER GASAL 2021/2022, KLIK LIHAT

Wednesday, 31 January 2018 17:23

Renungan Buat FTIK IAIN Pekalongan

Jika kamu berada dalam struktur organisasi, kerjakanlah posisimu sebaik mungkin!

Tak perlu merasa tak dihargai karena tak ditampilkan...

Organisasi itu ibarat POHON...

Jika posisimu sebagai batang, maka jdilah batang yg kokoh utk menopang pohon..

Jika posisimu sebagai cabang, maka jadilah cabang yg mampu menggandeng setiap ranting dan daun...

Jika posisimu sebagai daun, maka jadilah daun yg rimbun supaya pohon bermanfaat utk menaungi orang kepanasan...

Jika posisimu sebagai buah, maka jadilah buah yg manis supaya nama baik pohonmu terjaga..

Jika posisimu sebagai bunga, maka jadilah bunga yg merekah indah supaya pohonmu terhiasi dan dikenal orang...

Bahkan jika posisimu sebagai akar yg TAK TERLIHAT, maka jadilah akar yg kuat mencengkram ke tanah demi tegaknya seluruh struktur pohon tsb...

Maka hendaknya semua anggota menanamkan rasa tanggung jawabnya, supaya tak saling iri terhadap satu tubuh...

Sebagaimana AKAR ...

Walau dirinya tak terlihat, tertimbun tanah, dan sering terinjak orang..

Namun dirinya TAK PERNAH iri untuk menjadi BUNGA merekah yg ada di atas dan dikenal banyak orang...

Karena ia tau, BUNGA pun beresiko utk dipetik orang tanpa tujuan..

Mari kita bersyukur dengan apa yang ditugaskan kepada kita...

Pekalongan, 31 januari 2018

Oleh: Muhamad Jaeni

 WhatsApp Image 2021-08-21 at 09.09.12

Disadari lembaga Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) merupakan pusat kajian literatur keagamaan. Warisan akademik berupa karya ulama-ulama Arab abad pertengahan banyak dikaji di di lembaga PTKI ini. Khazanah akademik yang banyak berupa kitab membahas banyak cabang ilmu keagamaan seperti ilmu al-Qur'an, Fiqh, Tafsir, Tasawuf, Akhlaq, Gramatika Arab dan beberapa cabang ilmu agama lainnya. Namun demikian, dalam konteks saat ini warisan dan peninggalan akademik berupa karya ilmiah para ulama terdahulu tersebut, tidak cukup hanya dibaca tapi juga perlu ditelaah dan dikaji kembali secara kontekstual sesuai dengan konteks kekinian dan kedisinian, kemudian ditransformasikan di tengah-tengah masyarakat sebagai acuan dalam menyelesaikan problem-problem yang tengah dihadapi. Banyak persoalan sosial keagamaan yang menuntut para kaum intektual andil dalam menyelesaikannya, salah satunya adalah maraknya paham radikalisme dalam beragama. Mahasiswa PTKI yang notabene sebagai bagaian dari kaum intelektual tentunya juga berperan aktif dalam menyelesaikan persoalan semacam ini, sehingga mereka mampu melakukan counter-attack terhadap munculnya paham-paham Islam radikal serta terus berupaya memberikan pemahaman ajaran keagamaan yang berasaskan Islam wasatiyah. Paham-paham keagamaan radikal ini terus disebarkan secara masif dengan menggunakan media-media sosial berbasis teknologi seperti website, twiter, facebook, akun google, dan media sosial online lainnya. Hal ini dilakukan seiring pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di era revolusi industri 4.0.

Isu-isu radiaklisme yang saat ini menyebar di media sosial online merupakan tantangan yang juga segera harus disikapi oleh semua elemen bangsa, tidak terkecuali para mahasiswa. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknogi meniscayakan para mahasiswa harus mampu beradaptasi dengan dunia digital, sehingga penguatan dan juga pengembangan keterampilan IT bagi mereka, saat ini sudah menjadi keharusan. Para mahasiswa tidak hanya dituntut mumpuni di bidang literasi akademik tapi juga kuat di bidang literasi digital. Oleh karena itu, penguatan literasi harus terus diupayakan oleh sebuah perguruan tinggi. Literasi sendiri dipahami sebagai seperangkat kemampuan dan keterampilan individu dalam membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari (Wikipedia). Secara etimologis, "literasi" berasal dari bahasa latin "literatus" yang berarti orang yang belajar. Namun terdapat beberapa pengertian lain yang berkembang yang intinya bahwa literasi tidak hanya sebatas kemampuan membaca dan menulis, tapi juga kemampuan menggunakan semua potensi dan juga skill yang dimiliki seseorang. Kemampuan seorang mahasiswa dalam mendengarkan, berkomunikasi, membaca dan menuangkan gagasan dalam tulisan, merupakan kemampuan dasar dalam literasi dan kemampuan itu semua menjadi dasar untuk mencapai puncak kemampuan literasi yaitu kemampuan "memahami".

Era Revolusi industri 4.0 telah membawa aktivitas kehidupan berbasis digital. Pada era ini penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi penting dimiliki oleh setiap individu, tidak terkecuali para mahasiswa PTKI. Bagaimana para mahasiswa dapat menguasai perangkat teknologi sebagai sebuah skill tersendiri yang dapat digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Oleh karena itu, di samping penguatan lierasi akademik, lembaga perguruan tinggi juga perlu melakukan penguatan-penguatan literasi digital bagi para mahasiswa. Pengertian literasi digital tidak hanya bagaimana para mahasiswa terampil dalam mengoperasionalkan perangkat teknologi seperti komputer dan media IT lainnya, tapi lebih jauh dari itu bagaimana para mahasiswa tersebut mampu mensikapi dan juga bertanggung jawab terhadap aktivitas dalam menerima dan memberikan informasi melalui media sosial. Penguatan literasi ini menjadi penting seperti apa yang dikampanyekan oleh Kemendikbud dengan program gerakan literasi nasional. Di dalamnya disebutkan bahwa literasi digital adalah kemampuan dan wawasan seseorang dalam aspek pemanfaatan teknologi digital, alat komunikasi, membuat dan mengevaluasi informasi dengan sehat dan cermat serta patuh kepada hukum dalam kehidupan.

Menurut beberapa ahli, paling tidak ada delapan elemen esensial untuk mengembangkan literasi digital yaitu; (1) kultural, pemahaman ragam konteks pengguna dunia digital; (2) kognitif, daya pikir dalam menilai konten; (3) konstruktif, reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual; (4) komunikatif, memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital; (5) kepercayaan diri yang bertanggung jawab; (6) kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru; (7) kritis dalam menyikapi konten; (8) bertanggungjawab secara sosial. Delapan elemen ini penting untuk ditanamkan kepada para mahasiswa. Diharapkan dengan menguasai elemen literasi di atas, para mahasiswa tidak hanya dapat menggunakan teknologi dengan maksimal tetapi juga bertanggung jawab penuh atas hal yang dilakukannya, baik itu dalam hal mengkonsumsi maupun memproduksi informasi yang disebarluaskan di media sosial online.

Dengan penguatan literasi digital, para mahasiswa dapat lebih kritis dan bijak dalam menyikapi informasi terkait dengan berita bohong (hoax), ujaran kebencian (hatespeech), paham-paham radikal dan lain sebagainya. Lebih jauh dari itu, dengan penguasaan literasi digital yang memadai, para mahasiswa dapat ikut andil dalam memberikan informasi yang benar dengan mengisi content-content positif dalam membangun sistem kehidupan manusia yang lebih baik toleran dan menghormati segala perbedaan. Dengan penguasaan literasi digital, para mahasiswa juga dapat ikut andil dalam membagun moderasi keberagamaan di Indonesia. Ini semua hanya dapat dilakukan jika para mahasiswa menjadi literate digital yang melek teknologi, jujur, objektif, taat hukum dan bertanggung jawab.

         Wallahu 'alam bi as-Shawab

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pekalongan memberikan apresiasi kepada sejumlah mahasiswa berprestasi, baru-baru ini (16/8/2021). Kegiatan ini diinisiasi oleh Dr. H. Abdul Khobir, M.Ag. selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama. Acara dipimpin langsung oleh Dekan FTIK IAIN Pekalongan Dr. H. M. Sugeng Sholehudin, M.Ag dan dihadiri oleh para pimpinan jurusan serta sejumlah perwakilan Dewan Eksekutif (DEMA) dan Senat Mahasiswa (SEMA) FTIK IAIN Pekalongan.

Dalam sambutannya Dekan FTIK IAIN Pekalongan Dr. H. M. Sugeng Sholehudin, M.Ag menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para mahasiswa berprestasi serta seluruh pihak yang telah berhasil mengantarkan para mahasiswa meraih prestasi dalam Invitasi Pekan Pengembangan Bakat dan Minat Mahasiswa (IPPBMM) VIII Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berlangsung bulan Juni lalu.
“Kami selaku pimpinan fakultas merasa bangga karena mahasiswa kita berhasil meraih prestasi baik dalam kompetisi akademik maupun non-akademik. Pesan kami adalah jangan cepat merasa puas. Terus tingkatkan kompetensi diri untuk meraih prestasi yang lebih besar.” sambutnya.
Disampaikan juga bahwa perolehan prestasi ini memiliki impact atau pengaruh yang sangat besar bagi seluruh keluarga FTIK IAIN Pekalongan.
“Teman-teman yang berhasil meraih juara ini di samping sebagai bukti bahwa mahasiswa kita berprestasi dan mampu berkompetisi, di mata akreditasi institusi hal ini tentu akan menjadi nilai positif. Harapan kami ke depannya ada mahasiswa kita yang menjuarai kompetisi di tingkat internasional, tambahnya.
Selanjutnya dalam sambutan perwakilan pengelola jurusan, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Dr. H. Salafudin, M.Si menyampaikan pentingnya mahasiswa untuk meraih prestasi di luar rutinitas pembelajaran di kelas.
“Salah satu kunci kesuksesan adalah berprestasi di luar rutinitas pembelajaran. Jadi mahasiswa diharapkan tidak hanya mengejar IP tinggi. Dengan memiliki bakat dan prestasi di luar kelas akan menjadi modal buat teman-teman mahasiswa kelak saat sudah terjun di masyarakat,” tegasnya.

Berikut adalah nama-nama mahasiswa berprestasi FTIK IAIN Pekalongan:
1. Alfiana Izati (Tadris Bahasa Inggris): Juara I Lomba Storytelling Perorangan
2. Mei Rahmawati (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah): Juara II Puitisasi Al-Qur’an Perorangan Putri
3. Fuad Ghozali (Pendidikan Agama Islam): Juara II Puitisasi Al-Qur’an Perorangan Putra
4. Naila Quthrotun Nada (Pendidikan Islam Anak Usia Dini) dan Ulfa Kholifatul Umma (Pendidikan Agama Islam): Juara III Tenis Meja Ganda Putri
5. Widya Azizah (Pendidikan Islam Anak Usia Dini): Juara II Lomba Essay Pekan Ilmiah Mahasiswa dan Pelajar Tingkat Nasional
Para mahasiswa berpretasi menerima sertifikat dan uang pembinaan dari Fakultas dan Ilmu Keguruan IAIN Pekalongan. Hal ini merupakan sebagai bentuk apresiasi dan rasa syukur keluarga besar FTIK IAIN Pekalongan dengan prestasi yang telah berhasil diraih oleh para mahasiswa.

Pekalongan (11/8)- Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Pekalongan menggelar refreshment dan penyamaan persepsi secara daring untuk penguji ukin 2021 bagi mahasiswa pendidikan profesi guru (PPG) tahun 2021. Diselenggarakan selama 2 hari, di hari pertama ini dibuka oleh Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI, Ketua Pelaksana UKMPPG, dan dihadiri oleh Rektor IAIN Pekalongan serta Dekan dan Ketua LPTK FTIK di enam IAIN di Indonesia.

IAIN Pekalongan sebagai salah satu LPTK penyelenggara program PPG Dalam Jabatan (Daljab) angkatan pertama ini menjadi tuan rumah yang dipercaya oleh Kementerian Agama dan bekesempatan didatangi secara langsung oleh Direktur Jenderal Pendidikan Agama Islam Kemenag, Profesor Dr. Suyitno, M.Ag.

Ditengah-tengah kesibukan dan kunjungan dinas beliau, Dirjen Pendis Prof. Dr. Suyitno, M.Ag. memberikan sambutan dan memberikan motivasi kepada calon penguji ukin UKMPPG 2021 Batch 6 ini. Beliau mengatakan bahwa profesi guru dan mengajar adalah sebuah ibadah. Menjadi penguji yang profesional, menilai secara adil dan objektif. Memberikan apresiasi terhadap guru PPG yang secara administrasi mereka sudah memiliki pengalaman mengajar selama di sekolah sehingga patut diberikan nilai yang wajar,”ucapnya.

Beliau berharap agar guru-guru tersebut mengikuti penyaman persepsi penguji Ukin Tahun 2021 Batch 6 ini dapat mengikuti dengan baik dan sungguh-sungguh sehingga materi yang diberikan oleh narasumber bisa dikuasai. Selama dua hari ini mengundang narasumber yang berkompeten di bidangnya yaitu Prof Dr. Suryanti, M.Pd., Dr. Subanji, S.Pd., M.Si., dan Prof Dr. Heri Retnawati, S.Pd., M.Pd. serta simulasi cara penilaian Ujian Kinerja (Ukin). Simulasi yang ditampilkan adalah RPP dan video pembelajaran secara daring.

Kegiatan refreshment dan penyamaan persepsi penguji ukin mahasiswa PPG ini digelar secara online atau daring melalui zoom meeting dan diikuti oleh 250 lebih orang guru dan dosen dalam lingkup tujuh LPTK IAIN (IAIN Pekalongan, IAIN Palangkaraya, IAIN Kediri, IAIN Ponorogo, IAIN Curup, IAIN Pontianak, IAIN Gorontalo). Kegiatan ini dimulai hari ini, Rabu 11 Agustus 2021 sejak pukul 08.00 sampai pukul 21.00 WIB. Para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok menjadi 5 kelas disesuaikan dengan mata pelajaran pengampu yaitu Pendidikan Agama Islam, Pendidkan Guru Madrasah Ibtidaiyah (MI/RA), dan Pendidikan Bahasa Arab. Para peserta diberikan sebuah RPP dan video pembelajaran yang kemudian dinilai. Penilaian ini harus mengikuti indikator-indikator yang telah dipaparkan sebelumnya agar tujuan dari kegiatan ini tercapai yaitu untuk menyamakan persepsi penilaian para penguji.

Page 10 of 11